Tuesday, November 27, 2012

PERSEPSI TENTANG ORANG DAN ATRIBUSI

PERBEDAAN PERSEPSI BENDA DENGAN PERSEPSI SOSIAL



Persesi mengenai orang (person perception) dan persepsi mengenai obyek / benda akan berbeda. Bagaimana perbedaan dua persepsi tersebut? Marilah kita simak contoh berikut.
Sekelompok mahasiswa diminta untuk persepsinya tentang ruang kuliah mereka. Kelompok yang sama diminta persepsinya tentang seorang artis ternama yang sering dibicarakan dalam acara infotainment di TV sebutlah, misalnya Shopia Latjuba. Persepsi mereka tentang ruang kuliah mereka relative lebih seragam dibandingkan dengan persepsi mereka tentang Shopia Latjuba mengapa?
Menurut Rahmat (2003) ada empat perbedaan anatara persepsi obyek dan persepsi tentang orang ; yang disebutnya persepsi interpersonal.

Pertama. pada persepsi obyek, stimuli dianggap sebagai panca indra melalui benda – benda fisik : gelombang cahaya, gelombang suara, temperatur. Sedangkan persepsi tentang orang, stimuli samapai kepada kita melalui lambing – lambing verbal atau grafis yang disampaikan pada pihak ke tiga. Pihak ketiga ini dapat mengurangi kecermatan kita. Pada contoh Sophia Latjuba tadi misalnya, kita sudah cukup banyak memiliki informasidirinya dari berbagai sumber (TV, majalah, tabloid) sebelum kita berjumpa dengannya, yang kemudian mempengaruhi persepsi kita.

Kedua. Persepsi tentang orang jauh lebih sulit daripada persepsi objek. Pada persepsi objek, kita hanya menaggapi sifat - sifat luar objek tersebut. Namun, pada persepsi tentang orang, kita mencoba memahami apa yang tidak ditangkap oleh alat indra kita. Kita coba memahami bukan saja perilaku orang, tetapi motiv atau mengapa orang berperilaku. Itulah sebabnya mengapa kita harus memepelajari atribusi.

Ketiga. Saat melakukan persepsi obyek, obyek tidak bereaksi kepada kita. Kita tidak memeberikan reaksi emosional terhadap objek. Namun, ketika melakukan persepsi kepada orang lain, berbagai factor telibat seperti factor – factor personal kita, karakteristik orang lain yang dipersepsi maupuun hubungan antara kita dengan orang tersebut.

Keempat. Objek relative tetap, tapi orang cenderung berubah –ubah. Ruang kuliah yang diamati mahasiswa relative sam dari waktu kewaktu, tetapi manusia yang diamati selau berubah. Ada kemungkinan orang yang dipesepsi kemarin sedang gembira, tetapi hari ini dia sedih. Mungkin saja tadi pagi kita mempersepi orang saat ia berada di tempat ibadah, lain kali ia berada diruang pesta sehingga ia menampilkan perilaku yang berbeda.

ATRIBUSI 

PENGERTIAN ATRIBUSI
atribusi adalah proses menyimpulka motiv, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak (Baron dan Byrne, 1979). Mengapa manusia melakukan atribusi? Menurut Myers (1996) kecenderungan memberikan atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (ada sifat ilmuan dalam manusia), temasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.
Atriibusi mengenai orang lain bisa mengacu pada atribusi tentang perilaku orang lain, pertanyaan penting yang muncul disini adalh ; kkapa kita mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang benar – benar menunjukan disposisinya, sepeti kepribadian, sikap, suasana hati, atatu kondisi internal lainnya? Sebaliknya kapankah kita mengatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu karena ada atribusi situasional yang melatarbelakanginya.

TEORI – TEORI ATRRIBUSI

1. Correspondent infrence theory (teori penyimpulan terkait)
Teori ini sendiri deikmebangkan oleh Edwards E. Jones dan Keith Davis (1965). Mereka mengatakan bahwa dalam menjelaskan suatu kejadian tertentu, kita akan mengacu pada tujuan atau keinginan seseorang sesuai dengan sikap dan perilakunya. Saan ingin memahami perilaku seseorang dengan informasi yang terbatas (seseorang yang tidak atau kurang kita kenal), kita akan menyimpulkan dari hal yang sesuai dengan apa yang kita lihat acuan. 
2. Casual analysis theory (Teori Analisis Kasual)
Teori ini merupakan teori atribusi yang lebih terkenal. Dasarnya adalah tetap commonsense (akal sehat) dan berfokus pada atribusi internal dan eksternal. Teori ini dikembangkan oleh Harold H. Kelley.
Menurut Kelley, parapengamat perilaku orang lain bertindak seperti ilmuwan yang naif, mengumpulkan berbagai informasi tentang perilaku dan menganalisis polanya seupaya bisa dimengerti.

No comments:

Post a Comment