Monday, November 26, 2012

KONSEP DIRI

SUMBER-SUMBER KONSEP DIRI

1. Self-Esteem
          Self-esteem (harga diri) adalah penilaian, baik positif atau negative, individu terhadap diri sendiri. Tingginya self-esteem merujuk pada tingginya estimasi individu atas nilai, kemampuan, dan kepercayaan yang dimilikinya. Sedangakan self-esteem yang rendah melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang rendah bagi pencapaian masa depan.

2. Social Evaluation (Penilaian Sosial)
           Kebanyakan informasi tentang diri sendiri tidak kita dapatkan dari perenungan atau refleksi diri, melainkan dari orang lain. Keyakinan Anda tentang pendapat orang lain terhadap Anda akan mempengaruhi perilaku dan keinginan Anda untuk berubah atu tidak.
Proses evaluasi social ini termasuk di dalamnya Reflected appraisal (pantulan penilaian) atau direct feedback (umpan balik langsung)
        a. Reflected appraisal
            Dalam banyak hal, pendapat kita tentang diri sendiri adalah cermin (refleksi atau pantulan) dari penilaian nyata orang lain terhadap kita. Pendapat yang dilontarkan orang ini kemudian berpindah menjadi pendapat kita.Pantulan penilaian yang Anda lakukan tersebut kemudian masuk dalam self-concept Anda.
        b. Direct feedback
             Ketika orang lain -terutama significant others, seperti orang tua dan teman-teman dekat- menyatakan penilaiannya kepada kita maka kita menerima feedback (umpan balik) tentang kualitas dan kemampuan kita. Umpan balik langsung (direct feedback) ini lebih jarang terjadi dibanding reflected appraisals, tetapi merupakan sumber penting bagi self-concept seseorang



TEORI-TEORI KONSEP DIRI

1. Social Comparison (Pembandingan social)
Menurut ahli psikologi social modern, Leon Festinger, social comparison theory membantu menjelaskan berbagai macam fenomena, termasuk keyakinan social, perubahan sikap, dan komunikasi kelompok.
Social comparison theory ini dibangun atas empat prinsip dasar, yakni berikut ini:
a. Setiap orang memiliki keyakinan tertentu.
b. Penting bagi keyakinan kita untuk menjadi benar.
c. Beberapa keyakinan lebih sulit untuk dibuktikan dibanding yang lainnya. Hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara objektif mungkin dibuktikan secara subjektif melalui pembuktian bersama (membuat orang lain setuju).
d. Ketika anggota dari kelompok rujukan (refrence group) saling tidak setuju tentang suatu hal, mereka akan berkomunikasi hingga konflik tersebut terselesaikan.

Prinsip kunci dari self-concept adalah poin ketiga, keyakinan subjektif, yang tidak bisa dibuktikan secara objektif, hanya dapat dibuktikan ketika kita berundinng dengan pendapat orang lain. Proses evaluasi keyakinan diri dalam hubungannya dengan orang lain adalah perundingan social (social comparison).

2. Persepsi diri (Self-Perception)
Penelitian mengatakan bahwa kita tidak lebih ahli tentang maksud dan tindakan kita dibanding kita terhadap orang lain. Menurut Daryl Benn, ketika kita menilai pendapat sendiri maka kita akan mengambil perilaku kita sebagai petunjuk (clues), daripada menganalisis diri kita secara mendalam. Misalnya, Anda ditanya apa warna favorit baju Anda? Mungkin Anda menjawab warna biru karena warna tersebut yang paling sering di pakai dibanding warna lainnya. Jawaban yang Anda berikan ini berdasarkan perilaku Anda yang sering memakai baju warna biru, bukan berdasarkan analisis yang Anda lakukan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, proses self-perception melibatkan pembelajaran tentang diri sendiri dan menempatkan diri pada hal yang sama ketika kita mencoba memahami orang lain.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KOMUNIKASI

konsep diri berpengaruh terhadap perilaku maka jelas konsep diri juga berhubungan erat dengan komunikasi. Ada dua kualitas konsep diri: positif dan negative. Kualitas konsep diri ini mempengaruhi keberhasilan komunikasi interpersonal seseorang. Konsep diri yang positif akan melahirkan pola perilaku interpersonal yang positif pula, sebaliknya konsep diri yang negative dapat berakhir buruk bagi komunikasi interpersonal.
 
Apa sajakah tanda-tanda orang yang memiiliki kualitas konsep diri yang positif? Brook dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) menyebutkan ada lima ciri orang yang memiliki konsep diri positif :
1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
2. Ia merasa setara dengan orang lain.
3. Ia menerima pujia tanpa rasa malu.
4. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Adapun orang yang memiliki konsep diri negative adalah mereka yang memiliki ciri-ciri:
1. Peka terhadap kritik; artinya ia tidak tahan menerima kritik, mudah marah dan naik pitam. Baginya, koreksi dari orang lain sering kali dianggap sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. Sangat responsive dan antusias terhadap pujian. Baginya, segala hal yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.
3. Hiperkrtis terhadap orang lain. Sikap ini dikembangkan sejalan dengan sikap kedua tadi; di satu pihak ia selalu ingin dipuji, tetapidi pihak lain ia tidak sanggup mengungkap penghargaan atau pengakuan akan kelebihan orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun atau siapapun.
4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tak diperhatikan. Ia tidak mempermasalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari system social yang tidak beres. Ia menganggap orang lain sebagai musuh hingga tak dapat melahirkan kehangatan dalam berhubungan denga orang lain.
Dari konsep diri yang positif akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan lebih cermat pula. Orang yang memiliki konsep diri positif adalah orang menurut istilah Sidney M. Jourard “tembus pandang” (transparent, yakni terbuka terhadap orang lain, Rakhmat,2003).  

No comments:

Post a Comment